Whatsapp : 089516024766 Surel : admin@hayyunadira.com :
HAYYUNADIRA
SHARE :

SUDAHKAH KITA PETIK BUAHNYA

6
09/2020
Kategori : RENUNGAN
Komentar : 0 komentar
Author : admin


SUDAHKAH KITA PETIK BUAHNYA

Ketika kita melakukan suatu hal dalam jangka waktu lama dan terus menerus, maka wajarlah kiranya kalau terbersit sebuah tanya “apakah yang saya jalani selama ini bermanfaat bagi saya?”. Dalam jenis pertanyaan yang lain “sudahkah saya rasakan manfaat dari jalan panjang yang sudah saya jalani ini?”. Dua pertanyaan di atas bisa dijawab dengan frasa yang hampir sama, “sudah atau belum”. Namun ada penekanan yang berbeda dari dua pertanyaan di atas. Pertanyaan pertama terkait dengan nilai atau value dari yang kita jalani. Pertanyaan pertama ini bisa muncul dari keraguan atau rendahnya kefahaman. Sedangkan pertanyaan kedua terkait bagaimana cara kita menjalani sebuah pilihan yang kita jalani. Jadi pertanyaan kedua ini tidak lagi bicara keraguan akan pilihan, tapi apakah kita sudah sungguh-sungguh menjalani pilihan ini. Kalau kita ibaratkan kita sedang membudidayakan tanaman buah-buahan dalam waktu yang sudah sangat lama, maka pertanyaaannya adalah “sudahkah kita nikmati buahnya”.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar, bahkan mungkin sering kali terbersit di lubuk hati yang paling dalam karena jatah waktu hidup kita sangat terbatas, sehingga kita tak ingin waktu kita habis untuk hal-hal yang tidak membawa manfaat terutama manfaat untuk bekal akhirat kita. Judul tulisan ini saya ambil dari kalimat pertanyaan terakhir di paragraf pertama yaitu “sudahkan kita nikmati buahnya”. Mungkin masih ada yang penasaran, sebenarnya kita ingin membicarakan apa. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi mengenai belajar, sebuah istilah yang mungkin sangat berpengaruh besar dalam perjalanan hidup kita.

Selayaknya sebuah proses, dari belajar tentunya ada sesuatu yang diinginkan meningkat pada diri kita. Ada peningkatan atau perbaikan yang diharapkan terjadi pada diri kita. Tak hanya meningkatnya wawasan dan pengetahuan, tapi lebih jauh belajar menggiring kita untuk memperbaiki perilaku dan gaya hidup sebagai buah dari lurusnya keyakinan dan peningkatan kualitas hidup yang terjadi simultan dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Dalam proses panjang itu kita tumbuh, berkembang dan semakin kokoh dalam kebaikan-kebaikan. Kita belajar dari perjalanan hidup dan tugas-tugas yang diemban. Masing-masing orang memiliki kemampuan dan kecepatan pencapaian yang berbeda-beda. Ada yang cepat di awal tapi stagnan di pertengahan, ada pula yang lambat di awal tapi stabil dalam perjalanan dan bahkan ada yang begitu menggebu-gebu di awal dan di pertengahan tapi justru jatuh ketika mencapai puncaknya lalu kembali memulainya dari awal lagi. Dalam belajar, semua itu bisa terjadi. Dalam setiap tahapan dan tantangannya dakwah akan menseleksi para pendukungnya melalui mekanisme alamiahnya untuk memilih batu bata berkualitas yang diperlukan dalam bangunan dakwah ini.

Secara formal kita dikatakan sudah belajar ketika kita punya sekolah, ada guru atau dosen yang senantiasa membina kita dan kita telah mendapatkan materi. Tetapi kalau kita ingin mengukur tingkat keberhasilan kita dalam aktifitas itu maka tentunya harus ada sebuah indikator sebagai tempat kita bercermin. Salah satu cermin itu yang bisa kita gunakan adalah visi (tujuan). Dalam urutan proses berakfititas, kita secara pribadi maupun kolektif dikatakan berhasil ketika tujuan (visi) yang diiginkan sudah tercapai. Jadi tidak semata-mata apakah kita sudah melalui prosesnya atau apakah kita sudah menanam pohonnya, tapi lebih jauh apakah kita sudah petik buahnya?. sebuah pertanyaan untuk diri sendiri bukan untuk menghakimi. Semoga langkah-langkah kita menapaki jalan panjang “belajar” sampai ke liang lahat, menjadi tabungan kebaikan bagi kita.

Berita Lainnya

9
06/2022
IBADAH YANG BENAR
Author : admin
10
10/2020
6
09/2020
16
07/2020
TETAPLAH MENCINTAI-NYA
Author : admin
15
07/2020
12
07/2020
TERBATAS DAN RELATIF
Author : admin


Tinggalkan Komentar