PELANGI SETELAH HUJAN

By 2 bulan lalu 6 menit membaca
Ketegaran dan Ketenangan Menghadapi Musibah – Hayyunadira

Ketegaran dan Ketenangan Menghadapi Musibah

“Pernahkah Anda berpikir apa yang membuat seseorang bisa tegar dan terlihat tenang ketika menghadapi suatu musibah?”

Hakikat Manusiawi dalam Menghadapi Cobaan

Sangat manusiawi rasanya ketika kita menangis dan meraung saat terkena musibah. Kita dengan segala kelemahan atas hal yang tak bisa kita tentukan seenaknya, hanya bisa pasrah terhadap apa yang terjadi sehingga kita terkadang meratapi segala hal yang luput dari kita. Namun, alangkah indahnya jika kita mampu tegar dan tenang menghadapi segala situasi apapun itu.

Sumber Ketegaran dan Ketenangan

Sikap “Ketegaran” serta “Ketenangan” itu tidak serta-merta muncul. Ia adalah hasil dari perpaduan kekuatan hati, pengalaman hidup, dan dukungan dari lingkungan sekitar.

Keyakinan Terhadap Qada dan Qadar

Keyakinan terhadap qada dan qadar Allah SWT tidak serta merta karena keteguhan hati, tetapi ia juga bisa merupakan hidayah yang Allah berikan karena kasih sayang-Nya. Keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkanmu dalam kondisi apapun.

“Aku tahu Allah bersamaku, Aku tidak akan pernah sendirian meski dunia runtuh.”

Allah menyirami hatimu dengan ketenangan sehingga kamu tidak lagi melawan atau menyangkal takdir yang telah terjadi. Berusaha ikhlas bukan berarti pasrah, tetapi adalah pilihan agar luka tidak bertambah dalam.

Peran Lingkungan dan Dukungan Sosial

Kehadiran orang-orang terdekat bahkan orang-orang yang mungkin hanya lewat saat momen menyakitkan itu terjadi, juga sangat berpengaruh pada suasana hati dalam penerimaan rasa sakit serta kehilangan.

Lima Adab Menghadapi Orang yang Tertimpa Musibah

Itulah sebabnya ada beberapa adab yang seharusnya tidak kita abaikan saat melihat orang lain terkena musibah:

1. Tunjukkan Empati dan Rasa Belas Kasih

Ucapkan kata-kata menghibur yang menguatkan, dan hindari mengucapkan hal-hal yang menyinggung bahkan menyalahkan.

2. Tidak Bertanya Secara Berlebihan

Terkadang bagi penderita, kehadiran kita atau duduk di sampingnya saja sudah cukup memberi kekuatan. Jangan bertanya terlalu detail tentang apa yang terjadi atau hal-hal yang bersifat pribadi.

3. Tawarkan Bantuan Konkret

Saat terkena musibah, seseorang bisa saja linglung atau terkadang bingung apa yang harus dilakukannya. Tanyakan bantuan apa yang bisa kita berikan untuk meringankan atau kita bisa berinisiatif membantu apa yang bisa kita bantu.

4. Doakan Kebaikan Untuknya

Doa adalah bentuk dukungan yang sangat berarti. Kata-kata baik yang keluar dari mulut kita adalah kucuran air dingin bagi kepalanya yang mungkin merasa tersesat sesaat setelah terjadi kemalangan.

5. Jaga Tatapan dan Sikap Tubuh

Hindari menatap dengan rasa iba yang berlebihan, atau bersikap yang sangat mencolok. Tunjukkan rasa hormat dan kepedulian kita bahwa kita juga ikut merasakan tanpa membuat ia merasa direndahkan.

Rahmat Allah yang Meliputi Segala Sesuatu

Semua hal ini sangat membantu dalam menciptakan ketegaran dan ketenangan saat menghadapi musibah. Namun tidak semua orang beruntung bisa merasakan situasi yang kondusif seperti ini. Poin utama dari semuanya adalah keyakinan kita serta kasih sayang Allah yang sangat besar sehingga menanamkan ke dalam hati kita ketegaran serta ketenangan itu sendiri.

Q.S. Al-A’raf ayat 156
“Dan Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu…”

Hikmah di Balik Kesulitan

Keindahan bahkan sering muncul di tengah kesulitan seperti adanya pelangi setelah hujan, munculnya solidaritas di tengah kekalutan, dan yang paling indah adalah munculnya hikmah yaitu kita mampu memaknai dengan baik apa yang telah terjadi.

Kisah Pribadi: Kehilangan yang Mengajarkan Ketegaran

Saya sendiri pernah di fase paling menyakitkan dalam hidup saya, yaitu kehilangan ibu yang paling saya cintai. Saat itu saya hanya termangu dan tak tahu harus bereaksi bagaimana. Yang saya rasakan hanya kekosongan. Saya seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa, terdiam dan berusaha menelusuri apakah yang sedang terjadi ini benar terjadi di hidup saya? Bahkan setelah ibu mengembuskan napas terakhirnya pun saya hanya meneteskan air mata tanpa berisik. Isak saya pecah saat ibu dimakamkan, itupun masih saya tahan dalam kesunyian.

Malam pertama tanpa ibu, saya tak henti-henti menangis. Timbul rasa hampa dan berbagai penyesalan atas apa yang belum sempat saya lakukan untuk ibu. Bahkan penyesalan terhadap apa yang pernah saya lakukan pun terlintas satu demi satu di benak saya. Berhari-hari saya pun larut dalam kesedihan, makan pun tak selera, canda gurau tak mempan mengurangi rasa sakit saya. Satu-satunya obat hanya berdoa kepada Allah dan sesering mungkin mengunjungi makam beliau.

Proses Penerimaan dan Pemahaman

Setelah beberapa lama saya berusaha mencoba memahami situasi. Saya sadar jika beliau hidup, beliau tidak akan suka melihat keadaan saya seperti ini. Karena saya tahu saya adalah orang yang paling dicintainya dalam hidup ini. Saya berusaha memperbaiki diri, lebih mendekat kepada Rabb saya, selalu berdoa meminta ketenangan hati menerima semua ini. Saya sadar saya hanya manusia biasa, apalah daya saya tanpa adanya kuasa Allah SWT.

Kini yang tersisa hanya rindu yang tak membekaskan sakit, ia hanya hadir karena tanda kasih sayang antara seorang ibu dan anaknya. Doa-doa indah yang terus dilayangkan untuk beliau adalah tanda saya mengerti bahwa kini tiada batas pilar lagi antara batin saya dan beliau. Saya meyakini bahwa rasa cinta dan kasih saya akan sampai padanya tanpa penghalang apapun, tanpa praduga dan prasangka yang bisa membusuk lewat tatapan mata dan sikap yang disalahartikan.

Ketegaran bukanlah tentang tidak merasakan sakit, tetapi tentang bagaimana kita bangkit dan menemukan makna di balik setiap cobaan yang Allah berikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PELANGI SETELAH HUJAN - HAYYUNADIRA
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%