Pagi ini kembali nuansanya berbeda. Setelah sekian lama rumah dipenuhi tawa dan berisik mereka, kini aku kembali menyaksikan ritual yang sempat terlupakan—menyiapkan seragam sekolah yang rapi, sepatu yang bersih, dan tas yang sudah berisi buku sesuai jadwal dan dikemas dengan penuh cinta.
Si sulung sudah berdiri tegak dengan kemeja batiknya yang rapi, songkok hitam bertengger manis di kepalanya. Kelas 6 SD—betapa cepat waktu berlalu. Masih terasa seperti kemarin dia merengek minta diantar ke kelas 1, kini dia sudah menjadi abang yang dewasa untuk adiknya.
Di sampingnya, anak kedua kami dengan jilbab putih yang masih perlu kurapikan berkali-kali, matanya yang berbinar penuh antusias. Kelas 1 SD—awal dari petualangan baru yang akan membentuk masa depannya. Rok biru dongker dan sepatu hitam yang sama.
Sementara abangnya hanya tersenyum, sudah terbiasa dengan rutinitas ini, tapi aku tahu dia juga rindu dengan teman-temannya. Tahun ini adalah tahun terakhirnya di bangku SD.
Aku mengabadikan momen ini—mereka berdua di kamar, siap melangkah ke dunia yang akan mengajarkan mereka lebih banyak hal daripada yang bisa kami berikan di rumah. Ada kebanggaan yang membuncah di dada, sekaligus rindu yang sudah mulai terasa meski mereka belum pergi.
Setelah libur panjang Ramadhan dan Idul Fitri, di mana kami saling merekat dalam kehangatan keluarga, kini saatnya mereka kembali terbang. Berbuka, sahur dan momen-momen khas ramadhan akan menjadi kenangan tak terlupakan bagi kami. Rumah akan kembali sepi, tapi hatiku penuh dengan doa dan harapan untuk setiap langkah yang akan mereka ambil.
Inilah yang disebut menjadi ibu—melepas dengan bangga, menunggu dengan sabar, dan mencintai tanpa syarat. Selamat hari pertama sekolah, anak-anakku. Bunda akan selalu ada saat kalian pulang nanti.
Tinggalkan Balasan