Aku seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak yang usianya sedang lucu-lucunya. Dalam keseharian yang penuh suara tawa, tangisan, kerjaan rumah menumpuk, dan persiapan sekolah anak yang harus siap sebelum jam tujuh pagi, aku sering duduk sejenak dan berpikir: Apakah aku sudah cukup baik?
Lucunya, saat aku merasa sudah optimal berusaha memberikan yang terbaik—karena anak-anak tertawa, rumah rapi, dan suami tersenyum—ada saja bisik-bisik yang mengatakan sebaliknya. Katanya aku terlalu cuek. Katanya aku terlalu serius. Katanya aku terlalu ini, terlalu itu. Padahal aku hanya mencoba menjadi bunda terbaik versi diriku sendiri.
Lama kelamaan aku menyadari bahwa sebaik apapun diriku, pada sudut pandang beberapa orang, aku tetap akan memerankan tokoh yang berbeda dalam cerita mereka. Dalam satu cerita, aku bisa jadi jagoan. Di cerita lain, mungkin aku hanya figuran, bahkan bisa saja jadi antagonis yang menjengkelkan. Dan itu barangkali bukan karena aku yang berubah-ubah, tapi karena setiap orang melihat dari sudut dan jendela yang berbeda.
Pada suatu masa dalam hidupku, aku mungkin pernah sibuk mengejar citra. Aku ingin terlihat “sempurna” sebagai ibu, istri, teman, sahabat, tempat curhat dan peran-peran yang lain. Dan ternyata, pada satu titik, aku bisa capek luar biasa. Karena ternyata, tak ada versi diriku yang bisa menyenangkan semua orang. Berpijak dari itu semua, aku mulai memperbaiki cara pandangku. Aku tak lagi punya obsesi menjadi orang yang selalu disukai. Aku hanya ingin lebih jujur terhadap diri sendiri.
Aku belajar untuk tidak selalu bereaksi pada tanggapan orang. Aku belajar memfilter komentar, menyimpan yang bermanfaat, dan melepaskan sesuatu yang toxic. Aku mengambil tunjuk ajar bahwa misi utamaku bukan lagi menjadi pribadi yang disenangin semua orang. Misi utamaku adalah menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku, istri yang tumbuh bersama suaminya, dan perempuan yang selalu punya jati dirinya sendiri.
Sekarang aku biarkan manusia di luar sana menulis tentang aku dengan persepsi mereka sendiri. Tak mengapa jika ada beberapa yang salah paham. Tak masalah jika ada yang melihat dari sudut yang remang-remang. Aku hanya perlu tetap berjalan, tetap belajar, tetap mencintai—dengan caraku sendiri.
Tinggalkan Balasan